Empat Lawang - Sejak dibangun 2013 lalu, irigasi Lintang Kiri yang menjadi tumpuan ribuan petani untuk mengairi areal persawahan terlihat tidak sesuai juga tidak terurus.
Pasalnya Karena cukup begitu Fantastis menelan anggaran nyaris Rp 100 Miliar (sembilan puluh sembilan miliar sembilan ratus delapan puluh sembilan juta sembilan ratus sembilan puluh delapan ribu rupiah), Irigasi Lintang Kiri dibangun Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Balai Besar Wilayah Sungai Sumatera VIII.
Biaya pemeliharaan pun lumayan fantastis, diketahui, setiap tahun saluran irigasi yang melewati 18 Desa di 2 Kabupaten yaitu Kabupaten Lahat dan Empat Lawang mencapai Rp 941.699.000 (sembilan ratus empat puluh satu juta enam ratus sembilan puluh sembilan rupiah) setiap tahun. Jadi pertanyaan Masyarakat kemana biaya tersebut yang tidak sesuai penerapan.
"Menurut warga, irigasi tersebut tidak dipelihara sejak selesai dibangun pada tahun 2017 lalu,” Dibersihkan saat ada pengurangan debit air atau ada kerusakan, itupun dilakukan oleh masyarakat sendiri,” terang Heru warga yang dijumpai awak media di lokasi, Sabtu, (10/05/2025).
Selesai dibangun pada 2017 lalu hingga tahun 2025 biaya yang telah dikucurkan Kementerian PUPR untuk pemeliharaan rutin saluran irigasi Lintang Kiri ditaksir mencapai Rp 7.533.592.000 (tujuh miliar lima ratus tiga puluh tiga juta lima ratus sembilan puluh dua ribu rupiah).
Dari Pantauan awak media dilapangan, Irigasi sepanjang 27,09 km dipenuhi semak belukar hingga ketinggian 3 meter. Tim saat ini kesulitan menghubungi Balai Besar Wilayah Sungai Sumatera VIII untuk melakukan konfirmasi sebagai pihak yang bertanggungjawab terhadap pemeliharaan irigasi Lintang Kirim.
Masyarakat menyesalkan adanya anggaran rutin yang diduga sia-sia,” Mereka akan segera berkoordinasi dengan APH agar tidak terjadi lagi anggaran rutin yang sia-sia dan nilainya pun mencapai Rp 7 Miliar lebih, Masyarakat bertanya kemana dana tersebut dengan nada kecewa.
(HN Sumsel)