Pasalnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat fenomena La Nina sedang aktif di wilayah Indonesia.
Meski dengan kategori lemah, kondisi ini tetap berpotensi meningkatkan curah hujan di atas normal.
Imbasnya bisa memicu berbagai bencana hidrometeorologi. Fenomena itu dapat menyebabkan suhu permukaan laut cenderung lebih hangat dari biasanya.
"Dampaknya, pertumbuhan awan menjadi lebih intens dari normalnya sehingga hujan lebih sering terjadi,” ujar Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas III Dhoho Kediri Lukman Soleh melalui Ketua Tim Kerja Meteorologi Publik Satria Kridha Nugraha.
Untuk diketahui, La Nina merupakan fenomena alam yang terjadi ketika suhu permukaan laut di wilayah Samudra Pasifik bagian tengah dan timur menurun.
Lebih rendah dari kondisi normal. Kondisi ini berlawanan dengan El Nino yang menyebabkan kekeringan.
Saat La Nina aktif, wilayah Indonesia justru mengalami peningkatan curah hujan yang cukup signifikan.
Menurutnya, fenomena La Nina ini dalam kategori lemah. Kondisi ini diprediksi bertahan hingga akhir tahun.
Penyebabnya adalah menguatnya angin pasat di Samudra Pasifik yang mendorong kumpulan air hangat atau warmpool dari tengah samudra ke arah Indonesia.
“Akibatnya, perairan Indonesia menjadi lebih hangat dari normalnya. Suhu laut yang lebih tinggi ini memperkuat proses penguapan dan pembentukan awan hujan,” jelas Satria.
Meski tergolong lemah, dia menegaskan dampaknya tetap perlu diwaspadai. Dampak utamanya adalah peningkatan curah hujan.
“Dengan begitu potensi bencana hidrometeorologi basah seperti banjir, tanah longsor, dan genangan air bisa meningkat,” tegasnya.
Dia juga mengingatkan bahwa kondisi ini dapat memengaruhi aktivitas masyarakat. Khususnya di sektor pertanian dan perikanan.
Curah hujan yang tinggi bisa mengganggu masa tanam dan panen. Serta menurunkan hasil panen palawija disebabkan perubahan suhu. Karena itu, Satria meminta masyarakat agar melakukan langkah antisipasi sejak dini.
“Pastikan saluran air dan drainase tetap lancar, perkuat tebing sungai di wilayah rawan longsor dan sesuaikan pola tanam dengan kondisi iklim basah,” imbaunya.
Menurutnya, upaya mitigasi sederhana dari masyarakat sangat penting untuk meminimalkan dampak La Nina.
BMKG Kediri juga terus melakukan pemantauan terhadap dinamika atmosfer dan laut untuk memperbarui prediksi cuaca secara berkala.
“Kami akan terus memberikan peringatan dini kepada masyarakat agar bisa lebih siap menghadapi perubahan cuaca ekstrem,” pungkas Satria.
(Taufiqurrahman)






















