Pantauan awak media di lapangan menunjukkan kualitas aspal yang dipasang tipis, tidak merata, dan hanya menutupi bagian jalan yang berlubang. Kondisi ini jauh dari harapan masyarakat yang menginginkan jalan mulus dan berkualitas. Ironisnya, proyek tersebut dikerjakan tanpa adanya papan informasi atau plank proyek di lokasi, sehingga publik tidak mengetahui berapa besarnya anggaran dan siapa pelaksana kegiatan.
“Kami menduga proyek ini tidak sesuai RAB. Di lapangan tidak ada plank proyek, masyarakat tidak tahu berapa pagu anggarannya, dan hasilnya sangat mengecewakan. Aspalnya tipis, pengerjaan tidak rapi, dan jalan jadi berbahaya saat musim hujan,” ungkap salah seorang warga dengan nada kecewa.
Warga menilai, proyek yang seharusnya menjadi solusi justru melahirkan masalah baru. Perbedaan tinggi rendah permukaan aspal membuat pengguna jalan, khususnya pengendara sepeda motor, harus ekstra hati-hati karena rawan tergelincir. Alih-alih mempermudah akses, kondisi ini justru mengancam keselamatan.
Kecurigaan warga semakin kuat karena minimnya transparansi. Tidak adanya papan proyek di lokasi menimbulkan dugaan bahwa pengerjaan ini tidak dijalankan secara jujur dan akuntabel. Proyek ini seolah hanya mengejar formalitas tanpa memperhatikan kualitas dan kebutuhan masyarakat.
Masyarakat Desa Paya Gambar mendesak Bupati Deli Serdang dan Dinas PUPR untuk segera turun tangan meninjau kembali proyek tersebut. Mereka menegaskan, jika benar terbukti tidak sesuai dengan aturan, maka pihak pelaksana harus bertanggung jawab.
“Ini jelas merugikan masyarakat dan merugikan uang rakyat. Kami minta Bupati dan Dinas PUPR jangan tutup mata. Proyek ini harus diperiksa ulang, bila perlu diaudit. Jangan sampai proyek seperti ini dibiarkan terus,” tegas warga.
Kasus proyek pengaspalan ini menjadi potret buruk manajemen infrastruktur yang seharusnya mengutamakan kualitas dan transparansi. Alih-alih menghadirkan jalan yang baik, proyek asal jadi justru meninggalkan kekecewaan dan dugaan penyimpangan.
(TIM)