Dalam hal ini, Erik menegaskan komitmennya untuk mengembalikan identitas Cilegon sebagai kota santri. Ia menyebut, langkah awal yang akan ditempuh adalah menghidupkan pengajian rutin dari tingkat kelurahan hingga kecamatan.
"Kita jadwalkan pengajian harian dari ujung kampung ke ujung kampung. Bahkan pemerintah kota akan kita libatkan untuk bersama-sama menghidupkan kegiatan ini," kata Erik.
Selain fokus pada kegiatan keagamaan, PCNU Cilegon juga bertekad memperkuat kembali budaya lokal yang mulai terkikis. Dengan dukungan para sesepuh dan ahli budaya, NU Cilegon akan menggali berbagai tradisi untuk dihidupkan kembali dalam kehidupan masyarakat.
Tidak hanya itu, Erik juga membawa visi besar di bidang pendidikan. PCNU Cilegon merancang pembangunan sekolah berbasis teknologi syariah, sebagai jawaban atas tantangan zaman sekaligus menjaga karakter santri.
"Ini adalah amanat dari PBNU. Kita harus menghadirkan sekolah berbasis teknologi namun tetap berakar pada nilai syariah. Sebuah kolaborasi antara dunia industri dan dunia pesantren," jelasnya.
Sekolah tersebut akan dibangun tanpa bantuan APBD, murni dari partisipasi masyarakat dan warga NU. Rencananya, satu unit sekolah setingkat SLTA akan dibangun, dengan tiga titik lokasi yang sedang dalam tahap kajian: Grogol, Cilegon, dan Cibeber.
"Lahan sudah ada. Tinggal musyawarah kerja cabang (Muskercab) untuk memutuskan lokasi terbaik. Setelah itu baru kita mulai pembangunan," tambah Erik.
Ia menegaskan, sekolah ini terbuka untuk semua kalangan, tidak terbatas hanya untuk warga NU.
"Siapapun putra-putri Cilegon, bahkan dari luar kota, bisa belajar di sekolah ini. Ini adalah bagian dari ikhtiar kita membangun masa depan," pungkas Erik.
(Vie)