"Alhamdulillah, mereka datang dengan sukarela, tidak ada paksaan. Warga lingkungan Lapak datang ke kediaman saya dengan kesadaran sendiri," ujar Abah Jen.
Kedatangan warga ini bukan tanpa alasan. Mereka mengaku senang karena mendapat perhatian dan kepedulian dari Abah Jen yang memberikan uang kerohiman sebagai bentuk penghargaan atas kesediaan mereka meninggalkan lahan.
Ibu Julfah, salah satu warga yang selama ini menempati lahan tersebut, mengungkapkan rasa terima kasihnya. "Alhamdulillah, baru kali ini ada yang peduli terhadap kami masyarakat kecil. Bahkan kami diberi uang kerohiman. Kami sadar bahwa lahan yang kami tempati bukan milik kami," katanya.
Ia menambahkan, pengalaman ini sangat berbeda dengan kasus-kasus penggusuran lain yang sering terjadi tanpa adanya kompensasi. “Kalau di tempat lain mungkin langsung digusur tanpa diberi apa-apa. Tapi Abah Jen memperlakukan kami dengan cara yang sangat manusiawi,” lanjutnya.
Warga lain pun menyatakan kesadaran mereka bahwa lahan tersebut sewaktu-waktu bisa diminta kembali oleh pemiliknya. Mereka menerima hal itu dengan lapang dada dan mengapresiasi niat baik Abah Jen.
“Kami masyarakat Lapak mengucapkan terima kasih kepada Abah Jen. Uang kerohiman yang diberikan sangat berguna bagi kami sebagai rakyat kecil,” ujar salah satu perwakilan warga.
Langkah ini menjadi contoh pendekatan kemanusiaan dalam menyelesaikan persoalan sengketa lahan, tanpa mengedepankan cara-cara represif.