Bengkulu,– Dugaan penggunaan material di bawah spesifikasi pada proyek revitalisasi SMA Muhammadiyah 4 Provinsi Bengkulu mencuat ke permukaan. Proyek yang bersumber dari APBN Tahun Anggaran 2025 ini bernilai Rp1,15 miliar, namun di lapangan ditemukan lembaran atap metal (seng) yang tampak tipis, mudah penyok, dan diduga tidak sesuai standar teknis.
Pantauan di lokasi menunjukkan bahwa bahan atap yang seharusnya memenuhi standar konstruksi bangunan sekolah permanen justru tampak bergelombang dan tidak kokoh. Hal ini menimbulkan dugaan kuat bahwa kontraktor pelaksana menggunakan material murah untuk menekan biaya produksi.
“Kalau dilihat langsung, sengnya tipis sekali. Untuk bangunan sekolah, ini jelas tidak layak,” ungkap seorang warga sekitar yang enggan disebutkan namanya, Senin (11/11/2025).
Proyek tersebut tercatat sebagai bagian dari Program Revitalisasi Sekolah Menengah Atas di bawah Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan. Berdasarkan papan proyek, kegiatan mencakup rehabilitasi tujuh ruang kelas dan dua ruang laboratorium komputer, dengan masa kerja 120 hari kalender terhitung mulai 19 September 2025.
Namun, dugaan penggunaan bahan di bawah standar menimbulkan tanda tanya besar mengenai pengawasan dan transparansi pelaksanaan proyek. Penggunaan material yang tidak sesuai spesifikasi tidak hanya berpotensi merugikan keuangan negara, tetapi juga mengancam keselamatan peserta didik dan tenaga pengajar.
Menariknya, pengawas proyek berinisial ZL memilih bungkam saat dikonfirmasi awak media. Upaya konfirmasi melalui pesan singkat WhatsApp pada Senin (11/25) tidak mendapat jawaban hingga berita ini diterbitkan.
Hingga berita ini tayang, pihak sekolah maupun kontraktor pelaksana juga belum memberikan keterangan resmi terkait dugaan tersebut.
(Metri)






















