LAMPUNG TENGAH "– Pembangunan jaringan irigasi yang bersumber dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Mesuji Sekampung menuai sorotan dan keluhan dari warga serta Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). Proyek yang dikelola oleh pihak ketiga tersebut dinilai tidak dikerjakan secara maksimal, minim pengawasan, serta tidak melibatkan masyarakat maupun P3A setempat.
Salah satu warga yang kami rahasiakan identitasnya menyampaikan bahwa kondisi fisik bangunan irigasi dinilai tidak sesuai harapan dan terkesan asal jadi.
“Bangunannya gak masuk, tidak rajin pengerjaannya, hasilnya meleyat-meleyot, tidak lurus,” keluhnya Selasa (23/12/2025).
Keluhan tersebut diperkuat oleh keterangan Ili-ili P3A sapaannya Kus yang menegaskan bahwa pihak P3A sama sekali tidak dilibatkan dalam proses pengerjaan irigasi tersebut.
“Bangunan itu dikerjakan oleh orang 35 Pekalongan, kita ili-ili gak dilibatkan,” ujarnya Selasa (23/12/2025).
Ia juga menambahkan bahwa para pekerja yang terlibat mayoritas bukan warga setempat.
“Yang kerja bukan orang sini semua, kita gak dilibatkan,” tambahnya.
Saat ditanya mengenai kualitas hasil bangunan, Ili-ili P3A Kus secara tegas menjawab singkat,
“Tidak,” ketika ditanya apakah bangunannya bagus.
Sementara itu, perwakilan P3A lainnya, Pak Kasiran, turut memberikan keterangan. Ia menyebut bahwa pekerjaan irigasi tersebut dikerjakan oleh seseorang bernama Sudarno yang berasal dari wilayah 35 Pekalongan, dengan panjang pekerjaan mencapai sekitar dua kilometer yang dibagi ke berbagai titik lokasi.
“Itu bangunan yang mengerjakan Sudarno orang 35 Pekalongan, 2 kilometer dibagi-bagi berbagai titik,” kata Kasiran.
Awak media kemudian mengonfirmasi langsung kepada Sudarno terkait pengerjaan bangunan irigasi tersebut melalui aplikasi WhatsApp dan sambungan telepon. Saat ditanya apakah bangunan yang dipermasalahkan tersebut merupakan tanggung jawabnya, Sudarno memberikan jawaban singkat.
“Sampean gak kirim poto ke saya, saya sudah tahu pak,” ujarnya saat membalas pesan WhatsApp Selasa (23/12/2025).
Ia kemudian menjelaskan posisinya dalam proyek tersebut.
“Saya sebagai kepala tukang dan diperintahkan oleh CV Pak Sugiono Purbolinggo Taman Cari, terkait sumber dana dari BBWS,” jelas Sudarno dengan gamblang melalui sambungan telepon.
Ketika ditanya mengenai tenaga kerja yang mengerjakan proyek tersebut, Sudarno menyatakan bahwa pekerja berasal dari campuran warga lokal dan luar daerah.
“Itu orang lokal ada yang dari Untoro dan dari luar,” katanya.
Berdasarkan hasil pengamatan langsung awak media di lapangan, memang kondisi fisik bangunan irigasi tersebut memang dinilai tidak dikerjakan secara presisi. Terlihat sejumlah bangunan tidak lurus, bergelombang, serta tidak sejajar pada beberapa titik saluran.
Selain itu, awak media juga menemukan banyak pecahan paving blok di sekitar lokasi bangunan. Kondisi tersebut diduga menjadi indikasi lemahnya kualitas material maupun pengerjaan yang tidak sesuai standar teknis konstruksi irigasi.
Temuan ini semakin memperkuat keluhan warga dan P3A yang menilai pembangunan irigasi tersebut terkesan asal jadi dan kurang pengawasan.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari pihak Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji Sekampung maupun pihak CV pelaksana terkait penemuan ini. Kedepan awak media akan berkordinasi dengan LSM atau pengawas eksternal lain terkait temuan ini
Warga tentunya berharap adanya evaluasi menyeluruh, baik terhadap kualitas bangunan irigasi maupun mekanisme pelaksanaan proyek, agar pembangunan benar-benar memberi manfaat bagi petani dan melibatkan unsur P3A sebagai pemangku kepentingan utama di wilayah irigasi.
(Iman)






















