Tangerang – Duka mendalam menyelimuti keluarga Maharani Liranimaha, warga Kabupaten Tangerang, setelah bayi kembar yang baru dilahirkannya meninggal dunia. Peristiwa memilukan ini diduga kuat akibat kelalaian medis di RS Unimedika Sepatan.
Insiden ini mencuat ke publik setelah unggahan viral di media sosial pada Rabu (7/5/2025). Dalam unggahan tersebut, Maharani memaparkan kronologi kejadian, termasuk pernyataan dokter yang sempat menyebut bayi dalam kondisi sehat dan siap dirujuk. Namun, saat dirujuk ke rumah sakit lain, sang bayi dinyatakan mengalami dehidrasi berat dan akhirnya meninggal dunia.
"Kata dokter di NICU sudah sehat, tapi pas dibawa ke rumah sakit lain malah dinyatakan dehidrasi berat," tulis Maharani melalui akun Instagram pribadinya, @maharaniliranimaha. Ia juga membagikan tangkapan layar komentar dari warganet lain yang mengaku memiliki pengalaman serupa di RS tersebut.
Kini, saudara kembar dari bayi yang meninggal tengah berjuang untuk hidup di rumah sakit lain dengan berat badan hanya 900 gram saat lahir.
Kejadian ini memicu gelombang protes dari masyarakat dan para aktivis di wilayah Tangerang Raya. Mereka menilai, tragedi ini mencerminkan gagalnya manajemen RS Unimedika Sepatan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang layak. Desakan agar Direktur Rumah Sakit segera dicopot pun mencuat ke permukaan.
Hal ini ditegaskan oleh Abu Bakar, S.H., seorang aktivis kemanusiaan dan pemerhati pelayanan publik. Ia menyoroti lemahnya sistem manajerial rumah sakit sebagai akar dari persoalan.
"Jangan buru-buru menyalahkan dokter, karena faktanya rumah sakit kekurangan tenaga medis. Ini adalah tanggung jawab pimpinan. Direktur RS tidak mampu menerapkan sistem manajemen yang efektif," tegas Abu Bakar.
Ia juga menyampaikan bahwa banyak keluhan dari pasien pengguna BPJS yang merasa dipersulit saat mengakses layanan di RS Unimedika. Kondisi Instalasi Gawat Darurat (IGD) disebut sering dipadati pasien, namun tidak diimbangi dengan jumlah tenaga medis yang memadai.
"Pasien menumpuk di IGD, tapi tenaga medis tidak cukup. Ini membuktikan lemahnya perencanaan dan manajemen," tambahnya.
Pasca viralnya kasus ini, rumah sakit dilaporkan sepi dari kunjungan pasien. Fenomena ini dinilai sebagai bentuk hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan di RS Unimedika Sepatan.
"Ini alarm bagi semua pihak. Kalau masyarakat sudah takut berobat ke sana, berarti ada yang sangat keliru dalam sistem pelayanan mereka," tutup Abu Bakar.
Hingga berita ini ditayangkan, pihak RS Unimedika belum memberikan keterangan resmi. Akun media sosial rumah sakit hanya merespons komentar publik dengan mencantumkan nomor layanan pengaduan WhatsApp.
Kasus ini menambah panjang daftar keluhan terhadap mutu pelayanan kesehatan di daerah. Masyarakat kini menantikan langkah tegas dari Dinas Kesehatan dan aparat penegak hukum untuk mengusut tuntas dugaan malpraktik dan mengevaluasi total manajemen RS Unimedika Sepatan.
(Red/A.Rodeng)