Dalam pemberitaan sebelumnya menyatakan bahwa motif kejadian sementara ialah karena mabuk alkohol. Namun motif tersebut masih berstatus sementara dan akan digali lagi oleh penyidik polres TTU untuk menemukan motif sebenarnya.
Dari kejadian ini penulis mengkhawatirkan akan ada persepsi negatif dari banyak kalangan yang menganggap bahwa orang di desa Amol-Tunbaba adalah tipikal pembunuh. Mungkin juga akan muncul pandangan lain yang lebih menggelikan.
Hal ini tidak dapat kita tahan karena merupakan kebebasan dari setiap orang dalam memandang sesuatu termasuk terhadap perilaku orang dalam kejadian di desa Amol-Tunbaba.
Penulis kali ini hanya ingin agar dalam berpandangan, setiap orang juga dituntut untuk tidak terlalu berlebihan apalagi jika sifatnya masih spekulasi. Sebagai salah satu putra Tunbaba, penulis ingin memberitahu bahwa masyarakat Amol yang hidup dalam tradisi sosial dan budaya di wilayah Tunbaba, sangat mengharamkan perilaku kekerasan apalagi seperti pembunuhan.
Dapat dikonfirmasi bahwa karakter orang Tunbaba pada umumnya sangat melekat dengan watak yang ramah dan santun. Kejadian seperti yang terjadi di desa Amol-Tunbaba sangat jarang dan nyaris tidak ada. Namun memang perlu diakui bahwa kejadian yang sudah terlanjur terjadi ini, tidak sama sekali mencerminkan karakter orang Tunbaba.
Kami sebagai bagian dari keluarga Tunbaba, sangat menyangkan hal ini. Permohonan maaf datang dari banyak kalangan terlebih sesepuh Tunbaba, karena kejadian ini telah membuat ruang publik menjadi gaduh.
Sebagai bentuk kepedulian, para sesepuh dan pemuda Tunbaba tidak hanya mengutuk kejadian ini, namun juga menganggap kejadian seperti ini merupakan pengalaman buruk yang terkahir terjadi. Mungkin ini terkesan agak berlebih, namun kami keluarga Tunbaba akan bergerak dengan cara masing-masing untuk menghentikan hal seperti ini tidak muncul kembali. Ini merupakan bentuk komitmen untuk menjaga marwah dan citra Tunbaba agar tetap berwibawa dan bermartabat. Sampai kapanpun nama besar kami sebagai orang Tunbaba yang hebat dan berkemampuan akan kami jaga agar tetap harum mewangi setiap waktu.
Adapun saran penulis untuk mereka yang sudah terlanjur menaruh curiga dan anggapan negatif, agar dapat lebih bijaksana dan fair. Kami orang Tunbaba bukan seperti yang bapak/ibu pikirkan. Peristiwa kelam yang sudah terlanjur terjadi itu bukan satu-satunya ukuran untuk menilai karakter kami sebagai orang Tunbaba. Untuk diketahui sejarah telah mencatat banyak prestasi besar yang ditorehkan oleh orang Tunbaba. Oleh karena itu, sebelum bapak/ibu sekalian memberikan penghakiman terhadap kami, coba terlebih dahulu pertimbangkan juga prestasi dan pencapaian gemilang yang pernah kami torehkan. Bahkan kalau tidak berlebihan kami hanya ingin mengatakan, dari rahim Tunbaba telah lahir dua bupati yang memimpin kabupaten ini. Dan dari kepemimpinan mereka ada banyak sekali perubahan luar biasa yang dampaknya dirasakan oleh banyak masyarakat termasuk bapak/ibu yang menganggap kami pembunuh. Ini hanya peringatan ringan, yang barangkali bisa digunakan oleh bapak/ibu sekalian dalam memberikan penilaian. Hal ini juga sekaligus merupakan peneguhan kepada khususnya kami orang Tunbaba agar tetap yakin bahwa kita adalah orang baik yang hebat. Jangan takut mengatakan dan bersikap demikian karena itulah identitas asli kita orang Tunbaba.
(Edi Emanuel Taena, S.Pd)























