Dalam rangkaian acara, pemerintah menyerahkan santunan kepada 23 keluarga yang meninggal akibat bencana alam masing-masing sebesar Rp.2.000.000,- sebagai wujud kepedulian dan dukungan nyata terhadap warga yang terdampak.
Ibadah dipimpin oleh Pdt. Donald Pieter Sinaga dengan kotbah bertema “Dari Keterbatasan menjadi Ketidakterbatasan” berdasarkan Yohanes 2:1–11, yang mengajak seluruh masyarakat untuk memohon pertolongan Tuhan agar berbagai keterbatasan yang dialami daerah dapat berubah menjadi kekuatan dan peluang baru.
Sebagai bentuk kebersamaan dan toleransi, doa lintas agama turut dipanjatkan oleh para tokoh agama Kristen Protestan, Katolik dan Islam. Pemerintah berharap momentum ini menjadi penguat solidaritas sosial di tengah situasi yang masih menantang.
Bupati Tapanuli Utara dalam sambutannya menyampaikan bahwa setelah tanggap darurat bencana 14 hari sudah berjalan dan telah disepak atau bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana akan kita perpanjang lagi sampai 2 minggu kedepan.
Pemerintah masih mengaktifkan tiga posko utama yaitu di Tarutung, Adiankoting dan Parmonangan. Posko tersebut berfungsi sebagai pusat informasi serta tempat pengumpulan dan penyaluran bantuan bagi masyarakat. Ia juga mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada menyusul hasil rapat bersama BMKG yang memproyeksikan curah hujan tinggi selama satu minggu ke depan.
“Mari kita hindari wilayah yang berpotensi longsor dan selalu mengutamakan keselamatan,” ujar Bupati. Ia juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh elemen masyarakat yang telah bekerja sama dalam penanganan bencana.
“Terima kasih atas kolaborasi yang baik. Semoga kita dapat bergerak lebih cepat dalam memberikan pelayanan dan perlindungan kepada masyarakat. Horas.”
Selesai acara doa bersama, Ketua TP PKK Kabupaten Tapanuli Utara Ny. Neny Angelina JTP Hutabarat juga menyerahkan bantuan permakanan kepada para warga yang terdampak bencana yang hadir dalam acara tersebut.
(Edys lumbantoruan)























